Optimisme Pariwisata di Tahun 2023

Opini308 views

Oleh : Aat Surya Safaat
(Ketua Bidang Luar Negeri Serikat Media Siber Indonesia/SMSI)

Jakarta – koranprogresif.co.id – Indonesia termasuk negara yang berhasil mengendalikan pandemi COVID-19, sekaligus bisa menjaga stabilitas ekonominya, sehingga Presiden RI Joko Widodo pada 30 Desember 2022 resmi mencabut pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di seluruh wilayah Indonesia.

Penghapusan kebijakan PPKM itu merupakan “Kado Tahun Baru 2023” bagi kalangan dunia usaha yang tentunya juga akan mendorong aktivitas wisata dan ekonomi kreatif menjadi lebih masif di Tanah Air, terlebih Indonesia termasuk negara Group of Twenty (G20) yang dalam 11 bulan berturut-turut tidak mengalami gelombang pandemi.

Tetapi karena pandemi belum berakhir sepenuhnya, Status Kedaruratan Kesehatan (Kepres 11/12 2020) tetap dipertahankan, mengikuti status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) dari Badan Kesehatan Dunia WHO, sehingga Presiden pun meminta kepada seluruh masyarakat dan komponen bangsa untuk tetap berhati-hati dan waspada.

Disebutkan, memakai masker di keramaian dan ruang tertutup harus tetap dilanjutkan dan kesadaran vaksinasi terus digalakkan karena akan membantu meningkatkan imunitas dan masyarakat harus semakin mandiri dalam mencegah penularan, mendeteksi gejala, dan mencari pengobatan COVID-19.

Dalam kaitan ini Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno meminta kepada para wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk tetap menjaga protokol kesehatan (prokes).

Menurut Menparekraf, saat ini ada puluhan juta tenaga kerja yang berkiprah pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Mereka tersebar di seluruh Indonesia dari pramuwisata, agen travel, seniman, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) hingga bisnis transportasi dan perhotelan.

Menteri yakin bahwa sektor parekraf mampu menjadi lokomotif kebangkitan ekonomi di Tanah Air serta menyatakan optimistis sektor usaha ini akan semakin menggeliat dan maju di tahun 2023, sehingga target 4,4 juta lapangan kerja baru akan bisa dicapai pada 2024.

Sementara itu menurut data BPS yang terbit pada Oktober 2022, kunjungan wisatawan mancanegara sudah mencapai 3.92 juta dan pergerakan wsatawan nusantara mencapai 633 juta. Sedangkan di sisi ekonomi kreatif, nilai ekspornya sudah mencapai US$ 24,79 miliar atau meningkat 3,8 persen dengan nilai tambah sebesar Rp 1,236 triliun.

*Naik Level*

Pada pertengahan tahun 2022 media massa di Tanah Air banyak menyiarkan prestasi kinerja Menparekraf, Sandiaga Uno dan jajaran Kemenparekraf yang berhasil menaikkan peringkat pariwisata Indonesia secara signifikan.

Peringkat pariwisata Indonesia kini berada di posisi 32 dari sebelumnya ranking 44. Wisata halal Indonesia juga berada di peringkat dua dunia, sementara Menparekraf telah mendapat kehormatan berbicara tentang pariwisata berkelanjutan di Majelis Umum PBB.

Sebagaimana dirilis World Economic Forum, Travel Tourism Development Index (TTDI), peringkat pariwisata Indonesia sebelumnya adalah 44. Saat ini naik 12 level sehingga berada di posisi 32, melampaui Thailand yang kerap disebut “Traveler’s Paradise” dan Malaysia yang terus mengiklankan diri dengan tagline “Malaysia Truly Asia”.

Pada posisi ini, di Asia Tenggara, Indonesia hanya kalah dari Singapura, sedangkan di Asia Pasifik, Indonesia menempati ranking delapan.

Di sisi lain, Global Muslim Travel Index (GMTI) 2022 menempatkan Indonesia pada peringkat dua dari 138 negara, suatu peningkatan peringkat yang signifikan setelah tahun sebelumnya berada pada urutan empat wisata halal dunia.

Secara akumulatif poin, Indonesia hanya kalah dari Malaysia yang menempati urutan pertama, namun Indonesia mengungguli negara-negara besar lainnya seperti Arab Saudi, Turki, UEA, hingga Qatar yang berturut-turut ada di bawah peringkat Indonesia.

Selain itu ada berbagai prestasi pariwisa Indonesia di level internasional, antara lain ditetapkannya Bali sebagai “The Greatest Place 2022” oleh Majalah TIME dan “The World’s Happiest Holiday Destinations 2022” oleh Club Med Prancis, sementara ‘Lonely Planet’ memasukkan Raja Ampat ke dalam daftar “Best Travel Destinations” untuk tahun 2023.

Sementara itu, Menparekraf pada 4 Mei 2022 mendapat kehormatan berbicara di ‘High-level Thematic Debate on Tourism’ yang digelar oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) New York.

Menparekraf menyebutkan bahwa, Indonesia saat ini menjadi acuan dunia dalam penanganan pandemi COVID-19. Selain dalam penanganan pandemi, Indonesia juga menjadi acuan dunia untuk membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif setelah dua tahun dihantam pandemi, dengan tetap memperhatinkan sisi sosial dan lingkungan hidup.

Naiknya peringkat dan citra pariwisata Indonesia secara signifikan di dunia internasional tidak lepas dari leadership (kepemimpinan) Menparekraf Sandiaga Uno. Sandi memahami dengan baik fungsi manajemen serta mampu berkomunikasi efektif dengan berbagai kalangan terkait.

Tapi tentunya masih ada beberapa kekurangan. Ajang dunia semisal MotoGP adalah lahan untuk terus memperbaiki kekurangan. Dari pagelaran besar seperti ini bisa dilihat sisi mana saja yang kurang untuk dibenahi.

Selain itu, seluruh destinasi super prioritas seperti Bali hingga Komodo serta manajemen delapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata yaitu Morotai, Singosari, Tanjung Lesung, Likupang, Lido, Nongsa, Tanjung Kelayang, dan Mandalika perlu terus berbenah agar menjadi lebih baik lagi.

Khusus dari sisi regulasi, ada dua regulasi yang menjadi perhatian masyarakat yaitu KUHP baru dengan pasal zina yang dikhawatirkan bisa merugikan wisatawan mancanegara serta adanya rencana untuk merevisi UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, dimana masukan dari semua stakeholders pariwisata sangat diperlukan bagi perbaikan undang-undang tersebut.

*Pekerjaan Rumah*

Meski sektor pariwisata dan ekomomi kreatif di Tanah Air sudah banyak mengalami kemajuan, secara khusus ada sejumlah PR yang perlu dibenahi di tahun 2023, mulai dari kualitas sumberdaya manusia (SDM) hingga infrastruktur bandara, pelabuhan, dan jalan yang memberi kemudahan bagi para pelancong.

Dalam indikator penilaian juga perlu terus diperhatikan soal keamanan, lingkungan bisnis, kebersihan, hingga infrastruktur penunjang lain, sementara poin plus Indonesia selama ini terletak pada cultural resouces, natural resources hingga harga yang bersaing.

Catatan evaluasi yang perlu diperhatikan sektor parekraf Indonesia di antaranya soal polemik tiket dan izin masuk Komodo dan Candi Borobudur. Bagaimanapun, ketidakpastian harga tiket akan mempengaruhi minat para wisatawan dalam negeri dan wisatawan asing untuk berkunjung ke dua destinasi witasa itu.

Bahkan tidak sedikit wisatawan pada tahun lalu membatalkan perjalanannya ke wilayah Labuan Bajo dan Candi Borobudur, sehingga fakta lapangan seperti ini tentunya juga merugikan pelaku usaha lokal.

Tetapi memang di sisi lain pemerintah menilai kebijakan soal tiket pada dua destinasi wisata itu diperlukan terkait dengan konservasi cagar budaya dan alam. Di sinilah tantangannya bagi institusi pemerintah pusat dan daerah dalam memajukan sektor pariwisata dan industri kreatif tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan.

Dalam perspektif yang lebih luas, kunci kemajuan suatu institusi adalah faktor leadership yang didukung dengan pemahaman manajemen yang baik serta kemampuan komunikasi yang efektif dari pemimpinnya.

Dalam kaitan ini, banyak pihak terkesan dengan gebrakan Menparekraf yang dikenal dengan terminologi “Gercep”, “Geber”, dan “Gaspol”. “Gercep” adalah bergerak cepat dan “Geber” adalah bergerak bersama-sama memanfaatkan semua potensi untuk membangkitkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Adapun “Gaspol” adalah menggarap secara optimal semua potensi yang ada.

Naiknya peringkat dan citra pariwisata Indonesia secara signifikan di dunia internasional menandakan bahwa pembenahan industri pariwisata dan ekonomi ktreatif yang dilakukan Menparekraf dan jajarannya mencapai hasil yang membanggakan.

Meski demikian perlu dicatat bahwa pariwisata Tanah Air tidak boleh hanya berfokus pada aspek kuantitas, tetapi juga memperhatikan sisi kualitas, serta tak hanya mengejar profit, tetapi juga memperhatikan keberlangsungan lingkungan.
Aat Surya Safaat adalah, Ketua Bidang Luar Negeri Serikat Media Siber Indonesia (SMSI). Wartawan Senior yang menjabat Kepala Biro Kantor Berita ANTARA New York periode 1993-1998 dan Pemimpin Redaksi ANTARA 2016 ini juga adalah Anggota Tim Akselerasi dan Monev Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata.

Berita Lainnya