Kunjungi Pabrik Kopi Kapal Api, Ketua DPD RI Dorong Perluasan Pasar Ekspor

Nusantara, Sosbud136 views

Sidoarjo – koranprogresif.co.id – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengunjungi pabrik PT. Santos Jaya Abadi yang merupakan produsen Kopi Kapal Api di kawasan Sidoarjo, Jawa Timur.

LaNyalla didampingi Staf Ahli Ketua DPD RI, Baso Juherman, Dewan Penasehat Kadin Jatim, PW Affandi, Pengurus Kadin Jatim, M. Rizal, Harris Purwoko dan Tubagus Denny.

Dari PT. Santos Jaya Abadi, hadir President Director PT. Santos Jaya Abadi, Soedomo Mergonoto, Deputi Managing Director, Vincentius Mergonoto, General Manager Operasional PT. Santos Jaya Abadi, Novilia Astan, Managing Director PT. Santos Jaya Abadi, Salim Wijaya dan General Manager Human Capital PT. Santos Jaya Abadi, Rafael Widya.

Dalam kunjungannya, LaNyalla berharap PT. Santos Jaya Abadi melakukan penetrasi pasar ekspor agar Kopi Kapal Api dapat terus berkontribusi bagi peningkatan devisa negara.

“Saya sebagai Ketua DPD RI mendorong Kopi Kapal Api memperluas pasar ekspor. Tentu hal ini akan berdampak positif kepada devisa negara dan pemulihan ekonomi nasional,” kata LaNyalla, Kamis (31/3/2022).

Senator asal Jawa Timur itu mengapresiasi PT. Santos Jaya Abdi yang bisa bertahan dari gempuran pandemi Covid-19 selama dua tahun belakangan.

Ia pun berharap, Kopi Kapal Api tetap mendapat tempat di hati pecinta kopi, sehingga mampu menggerakkan kembali perekonomian dasar masyarakat.

“Saya apresiasi Kopi Kapal Api ini mampu survive di tengah pandemi Covid-19 yang terjadi dua tahun belakangan ini. Saya berharap di era endemi ini dapat kembali bangkit sehingga mendorong pemulihan ekonomi sektor manufaktur,” harap LaNyalla.

LaNyalla juga berupaya menyerap aspirasi terkait hambatan regulasi yang dihadapi, serta ingin melihat lebih dekat bagaimana hubungan industrial antara manajemen dengan buruh di PT. Santos Jaya Abadi.

President Director PT Santos Jaya Abadi, Soedomo Mergonoto menjelaskan, areal pabrik di Sidoarjo dibangun pada tahun 1978 seluas 14 hektare. Proses pembelian lahan mulai dilakukan pada tahun 1975.

Saat ini, Soedomo menjelaskan, Kopi Kapal Api telah menjadi market leader di Indonesia. Pada 2011, Soedomo melanjutkan, dilakukan perluasan areal pabrik dan menambah teknologi dari Denmark.

“Kami menggunakan teknologi canggih dari Jerman. Quality control produk kami lakukan dengan baik. Inilah awal mulanya bagaimana Kopi Kapal Api ini menjadi market leader di Indonesia,. Market share kami di Indonesia 60 persen,” kata Soedomo.

Dijelaskannya, pada tahun 2008 PT. Santos Jaya Abadi membangun pabrik di Karawang, Jawa Barat seluas 26 hektare.

Selain di Sidoarjo dan Karawang, Soedomo menjelaskan, saat ini tengah membangun pabrik baru di Semarang, Jawa Tengah di atas areal lahan seluas 20 hektare.

Saat ini, Soedomo menambahkan, produk-produk Kapal Api sudah menyebar merata di seluruh Indonesia, baik di kota besar hingga ke pelosok-pelosok desa.

“Produk dan layanan terus diperluas. Kami juga memiliki produk layanan di 52 negara di dunia,” papar Soedomo.

“Kami berterima kasih atas dukungan perluasan pasar ekspor. Saat ini kami sudah ekspor ke Iran, Irak, Malaysia, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Hong Kong, Taiwan, Amerika, China, Rusia, Arab Saudi, Dubai dan beberapa negara lainnya. Untuk memperkuat pasar Timur Tengah, kami tengah berpikir membangun pabrik di Dubai,” jelas Soedomo.

Untuk relasi dengan karyawan, Soedomo mengaku tak ada kendala berarti. Jika ada riak di lapangan, diselesaikan dengan baik secara kekeluargaan antara manajemen dan perwakilan karyawan.

“Kami juga memiliki kebun kopi di Toraja, Jawa Barat, Lampung, Jember. Petani seluruhnya kami bina dengan baik untuk menghasilkan biji kopi berkualitas, termasuk kesejahteraan mereka,” jelas Soedomo.

Pada masa pandemi Covid-19, diakui Soedomo, periode Juli-Agustus ketika varian Delta meninggi terjadi penurunan penjualan. Namun, katanya, saat ini situasi sudah kembali normal dan penjualan pun kembali seperti semula.

“Kami di sini ada tiga ribu karyawan dan di Karawang juga tiga ribu karyawan. Kami tak ada limbah karena kulit kopi sudah ada yang menampung untuk pakan sapi,” terang Soedomo. (Red).

 

Berita Lainnya